POSMETRO.ID | SIDIKALANG — Kericuhan antar pedagang yang terjadi di kawasan Pusat Pasar Sidikalang, Kabupaten Dairi, pada Sabtu (4/10/2025), menjadi sorotan publik sekaligus bahan tertawaan masyarakat. Video kericuhan yang beredar luas di media sosial Facebook memperlihatkan sejumlah pedagang wanita saling serang dan adu mulut lantaran persoalan harga buah.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, insiden tersebut berawal dari seorang pedagang yang juga berstatus distributor buah menjual mangga seharga Rp15.000 per kilogram. Harga yang jauh di bawah pasaran itu langsung memicu amarah puluhan pedagang lain yang menilai tindakan tersebut merusak harga di lapangan. Mereka pun menyerbu lapak sang pedagang hingga terjadi keributan.
Kericuhan tersebut ternyata terjadi di luar area resmi Pusat Pasar Sidikalang, tepatnya di bahu jalan yang mengelilingi kompleks pasar seperti Jalan Sekolah, Jalan Trikora, Jalan Pekan, dan Jalan Dairi. Fenomena ini menegaskan betapa semrawutnya tata kelola pasar dan lemahnya pengawasan dari instansi terkait.
Setiap hari pekan, ruas jalan di sekitar pasar selalu mengalami kemacetan parah karena dipadati pedagang musiman yang berjualan di trotoar dan badan jalan tanpa penataan jelas.
Ironisnya, kondisi ini dibiarkan begitu saja tanpa penindakan tegas, padahal para pedagang resmi di dalam pasar terus mengeluhkan turunnya omzet akibat persaingan tidak sehat dari pedagang liar di luar pasar.
Mereka merasa dirugikan karena tetap membayar retribusi kepada PD Pasar Sidikalang yang menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sementara pedagang di luar pasar bebas berjualan tanpa pungutan.
“Omzet kami turun drastis, pembeli lebih banyak ke luar karena aksesnya mudah. Sementara kami tetap bayar pajak,” keluh salah satu pedagang yang enggan disebutkan namanya.
Kondisi kumuh dan tidak tertatanya Pusat Pasar Sidikalang ini juga menjadi bukti bahwa janji Bupati Dairi Ir. Vigner Sinaga untuk menata pasar dalam program kerja 100 hari pasca pelantikan pada 20 Februari 2025, belum terealisasi hingga kini.
Sudah lebih dari 227 hari kerja berlalu, namun penataan pasar maupun kantor pemerintahan yang dijanjikan masih sebatas wacana.
Yang lebih mengejutkan, saat media mengirimkan tayangan kericuhan tersebut melalui pesan WhatsApp kepada Bupati Vigner Sinaga untuk dimintai tanggapan, justru muncul balasan yang mengejutkan.
“Untuk minggu ini puasa dulu. Terlalu banyak fitnah di Dairi. Diatasi, nanti dibilang pencitraan,” tulis Vigner Sinaga dalam pesannya.
Saat dikonfirmasi ulang mengenai maksud pernyataan tersebut, pesan wartawan hanya dibaca tanpa ada balasan lanjutan dari sang bupati.
Situasi ini memperkuat kesan bahwa Pemerintah Kabupaten Dairi abai terhadap persoalan klasik di pasar tradisional yang seharusnya menjadi denyut ekonomi rakyat. Alih-alih menertibkan dan menata, pemerintah justru seolah memilih diam di tengah semrawutnya pasar dan maraknya pedagang liar di jantung kota Sidikalang.
*moela