• Jelajahi

    Copyright © POSMETRO.ID
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kriminal

    Mulya Jamil "Layaknya Iblis"

    04 Desember 2015, Desember 04, 2015 WIB Last Updated 2015-12-08T04:07:56Z
    Masukkan scrip iklan disini
    Puisi-Puisi Mulya Jamil

    Anesthesia
    Terbangun dari mimpi buruk dengan raga setengah sadar dan pilu
    Kepala serasa terhujam palu melawan erangan dan jeritan masa lalu
    Syaraf-syaraf menjalar ke ujung nadir menyalakan sumbu urat-urat nadi
    Coba mengingat sejenak igau yang kualami saat terlelap tadi
    Sebab igau itu membuatku mati rasa dan lupa diri.
    tak kumengerti satupun kemelut hidup ini
    tak kukenali siapapun yang pernah menemani
    Bahkan jati diriku melesap  seketika dari palung pikiran
    Seperti mengkamuflase diri dalam dunia khayalan
    Dumai, 2015



    Seperti Hujan dan Rindu yang belum usai
    I
    Seperti hujan yang jatuh cinta pada awan,
    tak ada rasa sakit yang mampu mengalahkan kerinduan.
    Beranjak dari rindu yang tak semestinya,
    selalu saja seperti dikungkung terpasung pada kenelangsaan.
    Aku ingin meminta sesaat
    Mencari suara gemercik air yang berisik,
    kian pelan melubangi kerasnya batu sedikit demi sedikit

    II
    Seperti hujan yang jatuh tanpa peduli butirannya lebur,
    aku masih menunggu sosoknya dalam hening malam pilu
    Tak peduli hitungan jarak yang mengolok rindu,
    hanya sebatas guratan bunga layu
    Bahkan harumnya tak sanggup menyentuh hatimu yang sayu

    III
    Seperti hujan yang tak hanya membasahi bumi,
    rinduku tak hanya sebatas bait-bait puisi
    Ia menadi dalam diri dan menghujam tanpa jemu
    karena sesungguhnya ia belum pernah pergi
    Berdiam di sanubari dan menjelma jadi tangis
    Pekanbaru 2015

    Merindu Senja
    Senja hampir lekang, saatnya kidung cinta dikumandang dari kalbu kesunyian
    Jingga perlahan tenggelam, mari bersulang menyambut malam
    Sebab dahaga kita adalah kerinduan yang tak mampu dihilangkan oleh lisan
    Dengan sepercik syahdu, dari dalam hati yang merindu
    Kualunkan tembang merdu sembari merayu ilalang sayu
    Tak ayal, senja adalah waktu yang sendu tuk menulis puisi
    Tentang kenangan dan kerinduan barangkali
    Pekanbaru, 2015

    Penyair Dalam Kulkas
    : Joko Pinurbo
    Ia lebih suka mendengarkan alam di dalam kulkas
    Hembusan angin, pasang surut laut, kicauan burung di langit, dan suara jangkrik dalam gemerlap sunyi malam.

    Di dalamnya ada gumpalan-gumpalan salju yang membekukan hati
    Sisa-sisa luka yang membekas pada daging yang membusuk
    Ingatan masa lalu yang tersimpan dalam gelas-gelas waktu

    Ia tetap tersenyum melawan trauma dan pahitnya hidup
    Menutupi luka dan kesedihan yang teramat dalam
    Sembari membuka dunia baru di mata dan menjamah bumi dengan kata-kata
    Puswil, 2015

    Layaknya Iblis
    Engkau melulu berdusta
    Juga selalu mendosa

    Layaknya iblis yang mencari mangsa
    Menjamah dunia dengan serakah

    Sempat melupakan surga
    Seolah ingin masuk neraka
    Pekanbaru, 2015

    Erotomania
    Akan kuajari kau bercinta tanpa perlu mencinta, dengan pelukan paling erat dan cumbuan paling lekat.
    Pada isapan cerutu yang ntah ke berapa, aku masih berharap dapat mengeluarkan seluruh hasrat dari dalam kepalaku
    Hanya bisa melihatmu dari foto, video, dan televisi. Aku tak butuh teknologi canggih untuk bisa menjamah tubuhmu

    Bila esok pagi kau terjaga dan menemui banyak daun di pekarangan rumah, adalah aku pelakunya
    Satu demi satu daun gugur dari kelopak mataku, tak pernah dibasahi oleh air mata
    Aku ingin menjadi lipstik, membasahi bibirmu yang ranum
    Dengan doa dan harapan, izinkan aku meletakkan ciuman sebelum lisan mengeringkannya
    Lalu biarkan aku menemani kesepianmu dengan cinta dan gairah yang menggebu-gebu
    Sebelum kau mati tanpa diriku
    Pekanbaru, 2015

    Sang Pemberontak Hijau
    Seumpama para peziarah yang tak pernah diam mengerang
    Melenyapkan rusuk kota dan hijau alam yang membuat sukma menggeram
    Mengencani batang pohon yang telah tua dimakan usia dengan kapak, gergaji, sinso, atau apapun itu
    Bagaikan sampah masyarakat, tak bernilai dan tak diakui keberadaannya
    Hidup sebagai perusak dalam kesengsaraan
    Hutan Kota, 2015

    Zat Afrodisiak
    Hasrat mulai tak terbendung
    Meluap keluar berpacu pada testosteron
    Bersama desahan dan gairah libido
    Tenggelam dalam cumbuan paling binal
    Pekanbaru, 2015

    Dendeng Balado
    Bentukmu yang unik hitam legam
    Dengan bumbu khas beragam
    Berikan cita rasa yang menjalar di ujung lidah
    Ingin ku kecup tubuh legammu merasakan cabai kabai merah itu
    Lukang pukang oleh balado level sepuluh
    hingga pengecap itu mati rasa berapi-api
    RMP, 2015

    Rindu Yang Mencekam Jiwa
    : kepada SY

    Terjerat rindu yang menyeringai di setiap relung jiwa
    Memaksa jejak kenangan yang senantiasa terjaga
    Enggan terlelap meski hanya sekedar ingin
    Tak kuasa menahan meski hanya sekedar angan
    Menanti hari esok yang jemu dengan selaksa semu

    Tahukah Engkau?
    Aku sangat rindu
    Selalu ada bayangmu yang hadir
    Memaksa tiap kali terpisah dengan jarak
    Membuat diri tak sejenak terkulai gerak
    Bertahun tak bersua telah memagut sepiku tanpa sisa
    Lesap tak berbekas tinggalkan duka

    Coba berdamai dengan rasa yang hadir di antara rindu dan pilu
    Mengakui penggalan kata dan ucap yang terbata
    Ternyata belum cukup mengurai rindu yang ada
    Pagi menjelang membawa pesan-pesan baru
    Sapa manja dan senyum milikmu yang menari seirama desau angin pagi
    Tak dapat menyentuh dambaku akan kerinduan ini

    Dan aku
    Terjerat rindu yang menyeringai di setiap relung jiwa
    Memaksa jejak kenangan yang senantiasa terjaga
    Enggan terlelap meski hanya sekedar ingin
    Tak kuasa menahan sabar meski hanya sekedar angan
    Menanti hari esok yang jemu dengan selaksa semu
    Tahukah engkau?
    Aku sangat rindu
    Pekanbaru, 2015


    Biodata Penulis : Mulya Jamil, Lahir di Dumai, 21 juli 1995. Sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Riau, jurusan Bahasa Inggris. Bergiat di Gerakan Komunitas Sastra Riau (GKSR), Media Mahasiswa Aklamasi, Malam Puisi Pekanbaru dan Community Pena Terbang (Competer). Karya-karya puisi dan tulisannya pernah dimuat di Riau Pos, Detak Pekanbaru, Analisa Medan, Minggu Pagi Yogyakarta, Majalah Aklamasi, Majalah E-times, dan tergabung di beberapa antologi puisi. Alamat email : mulya21@yahoo.co.id, No. Hp : 085271223022, No. Rekening : 7057793591 (Bank Syariah Mandiri, atas nama Mulya Jamil).
    Komentar

    Tampilkan

    Berita Utama