POSMETRO.ID | PALEMBANG - Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Palembang menjadi sorotan setelah menggelar razia dalam rangka Giat Pekat Musi untuk menekan aktivitas kejahatan selama bulan suci Ramadan. Namun, tindakan yang dilakukan dalam razia tersebut dinilai tidak merata dan menimbulkan dugaan adanya tebang pilih dalam penegakan hukum.
Salah satu lokasi yang menjadi sasaran razia adalah rumah kos eksklusif D’Paragon di Jalan Trikora, Palembang. Dalam operasi ini, polisi mengamankan seorang pria bernama Rk (24) yang diduga sebagai mucikari serta seorang perempuan berinisial A (24). Rk ditangkap saat tiba di lokasi menggunakan jasa transportasi online, sementara perempuan tersebut datang dengan kendaraan berbeda.
Saat hendak diamankan, Rk sempat mencoba melarikan diri, namun akhirnya berhasil ditangkap setelah dilakukan pengejaran. Dalam keterangannya kepada awak media, Rk mengaku bahwa dirinya hanya menanggapi permintaan seorang pelanggan yang ternyata merupakan oknum anggota kepolisian yang menyamar.
"Ada WhatsApp masuk minta cewek, lalu aku chat cewek itu apakah bisa datang atau tidak. Begitu cewek itu setuju dan aku juga datang ke lokasi, ternyata yang memesan ini oknum polisi," ujar Rk.
Lebih lanjut, Rk menegaskan bahwa belum terjadi transaksi apapun saat dirinya ditangkap.
"Kami masih di parkiran, duit belum ada, cewek juga belum ngapa-ngapain, tiba-tiba kami ditangkap," jelasnya.
Terkait penangkapan tersebut, Kanit PPA Polrestabes Palembang, Iptu Fifin Sumailan, SH, MH, saat dikonfirmasi menyatakan bahwa operasi ini dilakukan berdasarkan informasi terkait adanya dugaan praktik prostitusi.
"Iya, kami saat itu sedang menggelar giat dan mendapat informasi bahwa akan ada transaksi mucikari. Konsumen dalam hal ini adalah anggota Polrestabes yang menyamar dan meminta seorang perempuan. Saat itu juga kami langsung bergerak cepat dan berhasil mengamankan Rk dan perempuan yang dipesan," ujar Iptu Fifin.
Namun, dalam operasi ini, muncul pertanyaan besar: mengapa hanya Rk dan perempuan tersebut yang diamankan, sementara kamar-kamar lain di penginapan tidak turut digeledah?
Beberapa pihak menduga bahwa razia ini terkesan hanya menyasar target tertentu, sementara lokasi-lokasi hiburan malam lain di Palembang, seperti klub malam, spa, dan panti pijat yang diduga memiliki praktik serupa, justru luput dari razia.
"Kami tahu banyak tempat hiburan di Palembang yang masih buka dan jelas-jelas menjual perempuan, tapi kenapa hanya keponakan saya yang ditangkap?" ungkap R (45), tante Rk, dengan nada kecewa.
Ia berharap aparat penegak hukum dapat bersikap lebih adil dan tidak hanya menyasar kalangan kecil yang tak memiliki kuasa.
"Saya berharap Presiden Prabowo dan Kapolri benar-benar mengawasi kinerja aparat di Palembang. Jangan hanya orang kecil seperti kami yang jadi korban, sementara tempat-tempat besar yang punya banyak uang malah dibiarkan berkeliaran," pungkasnya. *Dhyan