Saat bersimpuh begini, hati boleh tak punya
walau sedenting bara resah prasangka
Menggurah kerumun kabut di tiap ranting
kesangsian, yang tiba-tiba menjulur dan
menjalar, demikian kalis akan cahaya
Mengipas uap-uap duka yang sempat bicara
dengan bibir sumbing ke telinga jiwa :
“Laut kita tak sama, dunia kita berbeda
Kau hitam di bawah putihku yang tertawa”
O, perkenankan ingatan lebih jauh menyapa
daun-daun kuyup embun restu ibunda
menyegarkan jiwa jauh ke dasarnya
mengirim syukur ke balik tabir angkasa
Sedangkan alpa yang tenggelam dalam luap rencana
dijemput tuak kegembiraan lain yang terasa
terus merambat gerhana, pelahan kian sempurna
2014
IKTIKAF, 2
Kadang kita ingin menderas, menyambit kekalahan
yang meledek sebongkah waktu temaram
Tetapi pelangi di bujur sajadah panjang
menawar ledakan sampai ke remah-remah
“Kabut yang telah terguling jangan bangkitkan
ke sudut-sudut yang melulung menagih kenang”
Bertahanlah hingga usai dibangun jembatan
antara kepergian dan kepulangan eskapis
Tanpa kita selalu sungguh-sungguh kehabisan
batu untuk menyambit nyinyir godaan
2014