Rumput di
kebun bunga protes
Akarnya
tercabut embun
Beberapa
bagian batang disantap kambing
Agar
susunya mengalir pagi itu
Anak-anak
pada berebut mencicipi
Susu
kambing berekstrak rumput
Segar dan
murni susu
Bukan
boraks dan fermalin
Pembunuh
pelan-pelan saraf otak
Terkapar
Bisu
Ganas
mematikan
Rumput
liar tetangga merasa menang
Tapi
sebenarnya kalah telat
Dia tidak
pernah berbagi pada bangsanya
Pada
negerinya
Pada
generasi penerus
Hanya
tumbuh liar mengambil sari tanah
Kekar
tanpa kerja
Senyum
semangat hampa
Membiarkan
kambing kelaparan
Dan
susunya kering buat esok
Saat
anak-anak bangsa minta gizi
Rumput
liar tetangga menatap dibalik pagar
Senyum
melihat tubuh-tubuh kerdil berjalan
Tulang-tulangnya
keropos melangkah
Rumput
liar tetangga malah panggil begal
Menadah
ekstrak rumput murniku
Buat diri
mereka yang tertawa liar
Rumput
liar tetangga
Hidupnya
nyaman menghirup udara bebas
Dan
rumputku lemas berbagi
tinggal
ekstraknya abadi
“Dalam
darah anak bangsa yang bertahan hidup”
Bulukumba,
2015
JEJAK
Malam
kelam
Terlelap
Terdengar
suara dari langit jauh
Samar
mengisi sunyi
Membangunkan
luka seperti dulu
Mengulang
kesakitanku
Akan
aku berlari
Meninggalkan
jejak
Berpaling
dari mimpiku
Janji
kita hangus sendiri
Kau
ingkar lebih dulu
Pelan-pelan
aku semakin jauh
Hatimu
memang bukan untukku
Bait
cintaku kau hapus
Puisiku
kau penggal
Lagu
rinduku kau matikan
Hingga
perapian membara dari egomu
Asapnya
kabur duluan
Menjadi
arang dan abu berdebu
Biar,
biarkan pupus
Biarkan,
Biarlah hangus
Kutetap
bertahan menanti kasih
“Kau
pasti pulang menjemput jejakku”
Bulukumba,
2015
ISTANA KARDUS
Kupungut
kusut dari kardus
Berat
menempel
Untuk
dinding masa depan
Jendela
dan pintu
Tembus
pandang
Bukan
kaca
Hanya
hidangan hambar
Di
lantai tanah
Basah
kecoklatan
Dibasuh
kemarau hati
Aku
terus di sini
Menghuni
alam gersang
Kelahiran
kami
Bertahta
pada gelisah
Karena
aku
“Raja
istana Kardus”
Bulukumba,
2015
RAJA DAN RATU
Terkenang
Saat
kita bercinta
Di
bawah pohon tomat
Menghabiskan
tujuh gelas teh pahit
Dan
saus cabe
Senyummu
Melebar
kepedasan
Sampai
lupa
Di
balik rumput biru
Ada
katak mengintai
Dengan
sebilah pedang
Silau
...
Pelan-pelan
Semut
yang kita tunggangi melaju
Di
atas rel kereta api
Memecah
butiran baja
Untuk
dijadikan kursi
Pada
malam pertama
Buat
anak cucu adam
Sebelum
kita lahir
Dan
cinta kita terus mengalir
Di
persandingan baru merasai
“Kita,
raja dan ratu”
Bulukumba,
2015
LASKAR SEMUT
Laskar semut turun ke ladang
Mengangkat beban di atas kapasitas
Aroma gula bukan ambisi tapi
tradisi
Bertahan hidup
Demi bangsanya
Demi generasinya
Tak lelah gotong-royong
Salam-salam pertemuan dijaga
Terlahir dari pribumi ketimuran
Laskar semut berbaris memagari
Benteng-benteng pertahanan
Dengan naluri kesopanan
Budayanya bertahan di kaki rimba
Bertahan di hutan rumput
Sebagai istana terindah
Laskar semut berdendang ria
Bekerja memanggul asa
Tak butuh lencana sang ratu
Tapi tanggung jawab memintanya
Menyelesaikan tugas
Sampai ajal penghabisan
Laskar semut terus beriringan
melangkah
Kerukunan bukan perdebatan
“Cintanya menyatu dengan alam”
Bulukumba, 2015
Kasman Gani, lahir di
Kajang, 7 Mei 1985. Aktif menulis di grup media sosial Facebook dan merupakan
pemilik Grup Sastrawan Angkatan 2015. Beberapa karyanya pernah diterbitkan
dalam buku antologi puisi. Penulis saat ini berdomisili di Bulukumba, Sulawesi
Selatan. PUISI KASMAN
GANI
RUMPUT LIAR TETANGGA
Rumput di
kebun bunga protes
Akarnya
tercabut embun
Beberapa
bagian batang disantap kambing
Agar
susunya mengalir pagi itu
Anak-anak
pada berebut mencicipi
Susu
kambing berekstrak rumput
Segar dan
murni susu
Bukan
boraks dan fermalin
Pembunuh
pelan-pelan saraf otak
Terkapar
Bisu
Ganas
mematikan
Rumput
liar tetangga merasa menang
Tapi
sebenarnya kalah telat
Dia tidak
pernah berbagi pada bangsanya
Pada
negerinya
Pada
generasi penerus
Hanya
tumbuh liar mengambil sari tanah
Kekar
tanpa kerja
Senyum
semangat hampa
Membiarkan
kambing kelaparan
Dan
susunya kering buat esok
Saat
anak-anak bangsa minta gizi
Rumput
liar tetangga menatap dibalik pagar
Senyum
melihat tubuh-tubuh kerdil berjalan
Tulang-tulangnya
keropos melangkah
Rumput
liar tetangga malah panggil begal
Menadah
ekstrak rumput murniku
Buat diri
mereka yang tertawa liar
Rumput
liar tetangga
Hidupnya
nyaman menghirup udara bebas
Dan
rumputku lemas berbagi
tinggal
ekstraknya abadi
“Dalam
darah anak bangsa yang bertahan hidup”
Bulukumba,
2015
JEJAK
Malam
kelam
Terlelap
Terdengar
suara dari langit jauh
Samar
mengisi sunyi
Membangunkan
luka seperti dulu
Mengulang
kesakitanku
Akan
aku berlari
Meninggalkan
jejak
Berpaling
dari mimpiku
Janji
kita hangus sendiri
Kau
ingkar lebih dulu
Pelan-pelan
aku semakin jauh
Hatimu
memang bukan untukku
Bait
cintaku kau hapus
Puisiku
kau penggal
Lagu
rinduku kau matikan
Hingga
perapian membara dari egomu
Asapnya
kabur duluan
Menjadi
arang dan abu berdebu
Biar,
biarkan pupus
Biarkan,
Biarlah hangus
Kutetap
bertahan menanti kasih
“Kau
pasti pulang menjemput jejakku”
Bulukumba,
2015
ISTANA KARDUS
Kupungut
kusut dari kardus
Berat
menempel
Untuk
dinding masa depan
Jendela
dan pintu
Tembus
pandang
Bukan
kaca
Hanya
hidangan hambar
Di
lantai tanah
Basah
kecoklatan
Dibasuh
kemarau hati
Aku
terus di sini
Menghuni
alam gersang
Kelahiran
kami
Bertahta
pada gelisah
Karena
aku
“Raja
istana Kardus”
Bulukumba,
2015
RAJA DAN RATU
Terkenang
Saat
kita bercinta
Di
bawah pohon tomat
Menghabiskan
tujuh gelas teh pahit
Dan
saus cabe
Senyummu
Melebar
kepedasan
Sampai
lupa
Di
balik rumput biru
Ada
katak mengintai
Dengan
sebilah pedang
Silau
...
Pelan-pelan
Semut
yang kita tunggangi melaju
Di
atas rel kereta api
Memecah
butiran baja
Untuk
dijadikan kursi
Pada
malam pertama
Buat
anak cucu adam
Sebelum
kita lahir
Dan
cinta kita terus mengalir
Di
persandingan baru merasai
“Kita,
raja dan ratu”
Bulukumba,
2015
LASKAR SEMUT
Laskar semut turun ke ladang
Mengangkat beban di atas kapasitas
Aroma gula bukan ambisi tapi
tradisi
Bertahan hidup
Demi bangsanya
Demi generasinya
Tak lelah gotong-royong
Salam-salam pertemuan dijaga
Terlahir dari pribumi ketimuran
Laskar semut berbaris memagari
Benteng-benteng pertahanan
Dengan naluri kesopanan
Budayanya bertahan di kaki rimba
Bertahan di hutan rumput
Sebagai istana terindah
Laskar semut berdendang ria
Bekerja memanggul asa
Tak butuh lencana sang ratu
Tapi tanggung jawab memintanya
Menyelesaikan tugas
Sampai ajal penghabisan
Laskar semut terus beriringan
melangkah
Kerukunan bukan perdebatan
“Cintanya menyatu dengan alam”
Bulukumba, 2015
Kasman Gani, lahir di
Kajang, 7 Mei 1985. Aktif menulis di grup media sosial Facebook dan merupakan
pemilik Grup Sastrawan Angkatan 2015. Beberapa karyanya pernah diterbitkan
dalam buku antologi puisi. Penulis saat ini berdomisili di Bulukumba, Sulawesi
Selatan.
