POSMETRO.ID, MUSI BANYUASIN — Ketiadaan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumatera Selatan, Yulian Gunhar SH MH, dalam pembukaan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XV di Musi Banyuasin, Sabtu (18/10/2025), memantik gelombang kritik keras.
Bukan sekadar soal ketidakhadiran, tapi dianggap sebagai simbol pudarnya kepemimpinan KONI Sumsel. Dari arena Porprov yang semestinya menjadi panggung kebanggaan olahraga daerah, justru bergema pertanyaan tajam:
“Di mana Ketua KONI Sumsel?”
“Tanda Lemahnya Kepemimpinan”
Nada paling tegas datang dari Ketua Umum Pengprov Wushu Indonesia Sumsel, Muhammad Asrul Indrawan, yang menilai absennya Yulian sebagai bentuk nyata lemahnya kepemimpinan organisasi.
“Saya mendesak Ketua KONI Sumsel mundur secara terhormat. Kalau memang tidak lagi mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab organisasi, sebaiknya berikan kesempatan kepada yang lebih sanggup,” tegas Asrul, Minggu (19/10/2025).
Menurut Asrul, Porprov bukan sekadar seremoni, tapi momentum untuk menunjukkan kehadiran moral dan kepemimpinan KONI terhadap ribuan atlet yang berjuang membawa nama daerah.
Namun yang terjadi, sosok tertinggi dalam pembinaan olahraga provinsi itu justru absen tanpa penjelasan terbuka.
“Acara sebesar Porprov XV dihadiri Gubernur, para bupati, dan ribuan insan olahraga. Tapi Ketua KONI Sumsel tak muncul. Ini bukan sekadar absen, tapi bentuk ketidakhadiran kepemimpinan,” ujarnya menegaskan.
Sumber internal KONI Sumsel yang dihimpun POSMETRO.ID mengonfirmasi bahwa absensi Yulian bukan kejadian pertama.
Dalam beberapa agenda penting tingkat daerah maupun nasional, ia juga kerap tidak tampak.
“Sudah berulang kali. Bahkan dalam kegiatan strategis, Ketua KONI sering tidak hadir. Padahal kehadiran pimpinan sangat penting untuk membakar semangat para atlet dan pelatih,” lanjut Asrul.
Selain itu, ia menyoroti macetnya komunikasi dan koordinasi internal di tubuh KONI Sumsel.
Pelaksanaan Porprov XV sendiri disebut masih diwarnai banyak kekurangan, mulai dari penataan teknis hingga kesiapan panitia.
“Porprov sebesar ini seharusnya dikelola dengan solid. Kalau di lapangan masih banyak kekurangan, itu pertanda ada masalah serius dalam manajemen KONI,” ujarnya.
Dari catatan redaksi, sejumlah pengurus cabang olahraga di daerah kini mulai kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan Yulian Gunhar. Bahkan, mulai muncul wacana Musyawarah Olahraga Provinsi (Musorprov) Luar Biasa untuk mengevaluasi dan mengganti kepengurusan.
“Jabatan Ketua KONI itu amanah. Kalau tidak sanggup lagi memimpin dengan efektif, lebih baik mundur secara terhormat daripada menunggu mosi tidak percaya,” ujar salah satu Ketua KONI kabupaten yang enggan disebut namanya.
Gelombang kritik ini dinilai sebagai akumulasi kekecewaan lama. Dua tahun terakhir, banyak program pembinaan atlet mandek, koordinasi dengan cabang olahraga melemah, dan peran strategis Ketua KONI nyaris tak terasa.
Absennya Yulian di pembukaan Porprov XV disebut sebagai puncak gunung es dari krisis kepemimpinan KONI Sumsel. Publik kini menilai lembaga yang seharusnya menjadi motor penggerak prestasi olahraga justru kehilangan arah dan wibawa.
“KONI butuh pemimpin yang hadir, bukan hanya nama di papan jabatan. Dunia olahraga tidak butuh simbol, tapi sosok yang betul-betul hidup bersama atlet,” tegas Asrul menutup pernyataannya.
Gelombang desakan agar Yulian mundur kini terus menguat, dan bola panas itu kini sepenuhnya berada di tangan sang ketua. Jika tak segera ada langkah tegas, KONI Sumsel terancam kehilangan kepercayaan dari bawah hingga ke tingkat pusat.