• Jelajahi

    Copyright © POSMETRO.ID
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kriminal

    Ambivalensi Hidup

    15 September 2015, September 15, 2015 WIB Last Updated 2015-09-15T10:30:04Z
    Masukkan scrip iklan disini
    Karya: An Najmi

    Aral rintang terpatri melintang, belenggu jiwa yang bahagia, masuk bersama kebingungan yang muncul dari langit-langit mata, memangu. aku dan doa laksana kesetiaan nyata, di mana ada dia di sana ada aku, tapi mungkin tuturku terlalu pelan, samar. Sehingga kuping tuhan tak mampu mendengar, atau langit yang menguburnya bersama awan dan dijatuhkan lagi ke bumi berbentuk hujan, tangisan-tangisan.

    aku dan sekelimet asa memudar, sudah lapar senyuman, hingga aku ditabrak selaksa konflik, begitu pelik. Sampai terpejam dalam jerit. Oh, tuhan,  nikmat apalagi yang telah aku dustakan, seperti tempat penampungan dosa angkara, murka. Tidak, tidak mungkin,
    ini hanyalah uji berbentuk merinding atau dingin yang bekukan hati, membusuk, datang bersama hipoksi gunung ego tertinggi

    ketika langitku tak lagi pancar hujan, aku bingung tak ketulungan, aku seperti membatu, tak lagi mematuk rindu, kalbuku dikutuk, pada kemarau tak berkesudah, padahal, saat itu aku sadar dan berusaha datangkan hujan, dengan segala usaha, sampai aku terbakar bersama keringnya dedaun yang tak punya ranting pegangan, tak juga memantik kehidupan

    lagi lagi aku diselamatkan, atas renggut kekufuran, bersama sengat mentari dan keringat, kucari kehidupan, kutumbuhi sejuta daun, kubuat hutan hujan tropis di hati, aku mulai senyum diri pada usaha yang terjamah, susah payah berproses, hidup tak seperti mie instan, cepat jadi pada zat kebinasaan, aku sih mencari yang alami saja, pada kesederhanaan yang menyehatkan, luputkan teknologi zaman, alibi bisnis yang cari keuntungan. buntung di ujung kematian.


    Prabumulih, 2015
    Komentar

    Tampilkan

    Berita Utama