• Jelajahi

    Copyright © POSMETRO.ID
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kriminal

    Fernanda Rochman Ardhana "Mengiring Waktu"

    23 September 2015, September 23, 2015 WIB Last Updated 2015-09-23T02:53:04Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Rendraisasi
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana

    Kami mengekor akalmu, Rendra
    meninggi dogma aksara-aksara bisu
    merajai tahta picisan
    dengan ayunan lembut
    mengukir balada kelabu

    Kami mengekor pahammu, Rendra
    menapak tilas jejak membumi
    yang muram terselubungi badai api
    kala berdiri mereka acungkan senapan
    mengarak tegap napas borjuis
    sementara kau sibuk memilin pena
    'tuk menegak lempeng demokrasi

    Kami mengekor lakumu, Rendra
    mengebiri pasal-pasal tak murni
    meski bara menutup nurani
    menyiar lepuh sekujur raga
    namun jiwa gigih merapal karsa
    tak undur membilas jadah

    Lantas, pada selingkar tatapmu di nirwana
    akankah seulas senyum meraut wajahmu?
    Ialah kami penyair-penyair salon
    giat mendulang rerumpun noktah
    semati repihan ruas bulumu
    hingga kembali terkepak sayapmu membentang luas
    tiap jengkal kanvas pertiwi
    yang kian meretas gejolak
    dilumat arus liberalisasi

    Cileunyi, 2015

    ***






    Patetis
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana

    perempuanku, ke mana aku harus berteduh
    bila hari-harimu tak lagi mengurungku?

    terbitlah gamang dalam terik kerinduanku
    membaca namamu di pergulatan waktu
    akankah terhafal jejakku yang kian menapak semu
    ataukah hanya berkesiur di sela-sela angin ribut; olehmu?

    tatapku mulai membatu
    tiada lekas mereka-reka bebutir kejora
    terbendung dalam bilik matamu
    sudi mewarnai kepulan kabut malam
    yang tiada surut dari tirus parasmu

    perempuanku, ke mana aku harus berteduh
    bila napas-napasmu tak lagi menghirupku?
    aku bertanya-tanya dari balik punggungmu
    membawa sepenggal kisah berkarat biru

    Cileunyi, 2015

    ***

    Mengiring Waktu
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana

    Nyonya, dirimu kian memutih
    di perputaran rona raut cadarmu
    bergelung rambutmu mengkias waktu
    memecah api cemburu
    yang layu singgahi binar netra

    Inilah detik ke sekian ribu
    mengitari tubuhmu yang kaku
    menyerupai arca bisu
    terpahat luka dan kenangan
    menancap di sesudut rongga

    Dan kau mulai jenuh
    menatap cermin yang melukiskanmu
    kian memantulkan pesona asing
    bersarang di lembah pasuryan

    Senja memapahmu mengulum usia
    meski kokoh lara  menopangmu
    memuarai waktu
    serta bebayang kisah nan rapuh
    namun sebagian organmu
    sayup-sayup bersenandung elegi
    mengiramai jantung
    yang mulai menakar detak

    Cileunyi, 2015

    ***

    Kita Mati, Neruda
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana

    Neruda, kita mati
    terkuliti otak-otak Samawi
    memburai tanpa diksi, tanpa puisi
    tertumpah darah tinta-tinta perak
    hanya kerna pena kita tersisih
    dari bilangan kasih-Nya yang mengunci bait suci

    Menggeliat urat nadi mereka
    memilah-milah dogma, serasa bajik
    menyeret-nyeret pilar doktrin
    hingga meluap api sengketa
    mengiring lenguh dan binar menyala
    mengurai pasal-pasal hikmat
    lalu mulai bertanya-tanya
    “Mana fasik yang hendak terkebiri?”

    Neruda, jiwamu mengisi langit
    meratapi hamparan luas abadi
    lalu dapatkah berjengkal matamu
    singgahi sosok-Nya memuncaki ‘Arsy
    ataukah hampa menyelubungimu?

    Aku tahu
    hanya Matilde di sisimu

    Cileunyi, 2015

    ***

    Mengurai Hatimu
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana

    Aku membacanya
    pada jejak-jejak membatu
    penghias dinding-dinding kalbumu
    yang terselubungi tirai-tirai bisu
    meski pintu-pintu menutup rapat lebar dadamu
    serta derit jendela melamur resahmu

    Hatiku tak bergeming
    tak turut menjulang istana semu
    ‘tuk tengadahi lebat hujan
    yang menggertak atap-atapnya
    hingga sekujur ragaku terlabuhi
    tetes demi tetes biru yang menguliti kenang

    Pada sebidang kanvas kuulas pesona
    sepanjang nuansa senja
    yang memayungi kisah kita; dahulu
    tanpa harap dirimu membias rayu
    atau menggenapinya dengan lumuran rindu
    kerna jemarimu selalu menyuap ilusi
    menyembunyikan degupan jantung untukku
    terlarungi lautan benci, melepas landai

    Dan memuisikanku bukanlah pilihan
    yang dapat kaubingkai manis di pelataran hati
    dingin dan beku

    Cileunyi, 2015
    ***

    Sebuah Akhir
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana
               
    Semalam terpandang cinta kita
    hening meski dihantam riak pasang
    melabuhi tepi geragal

    Tak terkuak harmoni berdendang
    layaknya kala kita pijak titik alfa
    kini meluruh dinaungi tiupan bara
    asa membentur tebing curam
    kasih tertikam menghimpit gelora di pangkuan
    perpaduan mesra mengukir masa moksa

    Mimpi bisu tercerca egosentris
    terkatup menyekat kata; terbekam
    rasa berbinar memudar

    Kita sudi pijak titik omega
    terputus ikatan pada simpul mati
    dan bebas menari

    Cileunyi, 2015

    ***

    Berkabut Senja
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana

    Bayang-bayang hitam
    merekat di pelupuk mata
    menguak gumpalan nista
    menyayat vasa-vasa penyelubung angkara
    mengurai berjerit-jerit karma

    Kau pandang renta guratan kisah
    sudikah hempas dusta merajai kalbu
    kau gores senja hiasi paras
    sudikah heningkan luka iringi jasadku

    Apa daya
    sesal diambang batas mayapada
    gejolak nurani leluasa menutur kata
    berhasrat muda
    mengutuk raga berkabut senja

    Cileunyi, 2015

    ***

    8.Perpisahan : sebuah jalan nyata bagi kita
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana

    Tak dapat kurasa penuh
    degup yang melumuri vena
    menjalar di tiap-tiap katup menuntut detak berirama
    getar tak beresonansi terhantar sayu
    hanyut tergenang alur kepastian dan ragu

    Ada kepasrahan akan jalinan beku
    yang menikam di balik goresan ungu
    menjerat dilema terselubungi janji terlantun
    hingga terpudar di hari-hari merapuh
    menyisa letih di ambang biru
    asa tipis menyulam perih bertabur pilu

    Bukankah telah tersaji sekeping cinta
    namun tak rekah hiasi beribu mimpi tidurmu
    terbuang menyinggahi dasar palung kalbu
    dan tak dapat kembali teraih ‘tuk beri nikmat baru

    Imaji kita terhimpit kala beradu
    menyungging senyum pun terlintas semu
    tanpa menguak seribu bahasa terpacu
    mematung, terpasung bara amarah melebur

    Kita bukan diorama
    yang sudi hiasi panggung-panggung asmara
    ‘tuk dipandang rendah akal-akal picisan
    menggunjing hingga mereka-reka bahwa kita pendusta
    akan kisah yang seakan masih terlukis mesra

    Bila terbentang dua jalan bagi kita
    maka susurilah yang tak sama rupa
    mengekorlah pada jejak nurani ‘tuk buktikan
    bahwa cinta nyata meregang nyawa
    menanti ajal mengubur jasadnya

    Cileunyi, 2015

    ***

    Prahara Sebuah Renungan
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana

    Tertawan aku
    mengalasi harmoni yang singgah
    memercik aroma, iringi pagi
    yang mengatup hening tak bernyawa
    bermukim di antara kegelisahan bias temaram
    nantikan bangkit cakrawala mengkudeta peran

    Bebayang raga terpasung detak-detak berhimpit
    jejak riak batin mengikis seruan biduan-biduan bajik
    kontemplasi jiwa gertak rongga-rongga sempit
    akal diperluas, hati diperlebar
    tergerak ritmis
    sorot satu fokus akan kuasa tak berbanding

    Dan kala embun merembesi pucuk-pucuk kering
    gentar aku dalami kerontang jiwa
    yang hampa tanpa korelasi bermakna
    antara Pencipta dan makhluk-Nya
    tak bersanding laku maupun kata

    Bukankah semua terlahir selaras
    beban terpikul rata
    rasa tertanam sama
    meniti tangga kekekalan wujud
    kelak bermuara pada satu tuju
    nikmat mahligai nirwana
    yang disuarakan kitab kitab-Nya?

    Namun kabut menebal
    statis menyelimuti jiwa
    belukar tumbuh menumbang prahara
    kontemplasi gugur di hampar gersang

    Cileunyi, 2015

    ***

    Judul : Bias Noda
    Karya : Fernanda Rochman Ardhana

    Kita bilas segenap noda
    lalu terkapar singgahi persandingan tabu
    tak layak semat nama terhantar doa
    labuhi beranda tanpa restu

    Dan berapa kata hendak terhidang
    kala belatung pencerca hinggap menyusuri raga
    menggerogoti jiwa yang terpaku resah
    akan dusta bertabur dilema

    Dapatkah dengar gelegar guntur menghantam awan
    menabur rinai bercampur darah hitam
    tetes demi tetes memayungi langkah-langkah
    yang tiarap menanggung beban dosa

    Mungkin tergoreskan nama-nama kita
    menghias dinding-dinding ruang jahanam
    namun tak selintas terbersit dalam pikir
    bermuara pada pusaran nafsu
    terjerumus hingga ternoda

    Dan sesal bukan penawaran
    tak sudi pilih berkawan atau mewujud lawan
    dusta kita terbalut kafan
    biarkan terkubur jauh dalam pusara kelam

    Cileunyi, 2015

    ***









    BIODATA NARASI

    Fernanda Rochman Ardhana

    Kelahiran Jember, 27 Februari 1991. Seorang Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI). Beberapa karyanya terbit dalam buku antologi bersama puisi dan cerpen, seperti Seremoni Pacar di Pintu Darurat (2015), Mata Matahari (2015), dll. Karyanya juga pernah tercantum di Koran Madura, Riau Pos, Metro Riau, Detak Pekanbaru, Tribun Sumsel, Medan Bisnis, Malang Post dll. Aktif menulis di beberapa grup sastra di media sosial Facebook.



    Alamat : Komp. Bina Karya II Blok D2 No. 56 RT 05 RW 18. Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
    Komentar

    Tampilkan

    Berita Utama