masukkan script iklan disini
Rendraisasi
Karya : Fernanda Rochman Ardhana
Kami mengekor akalmu, Rendra
meninggi dogma aksara-aksara bisu
merajai tahta picisan
dengan ayunan lembut
mengukir balada kelabu
Kami mengekor pahammu, Rendra
menapak tilas jejak membumi
yang muram terselubungi badai api
kala berdiri mereka acungkan senapan
mengarak tegap napas borjuis
sementara kau sibuk memilin pena
'tuk menegak lempeng demokrasi
Kami mengekor lakumu, Rendra
mengebiri pasal-pasal tak murni
meski bara menutup nurani
menyiar lepuh sekujur raga
namun jiwa gigih merapal karsa
tak undur membilas jadah
Lantas, pada selingkar tatapmu di nirwana
akankah seulas senyum meraut wajahmu?
Ialah kami penyair-penyair salon
giat mendulang rerumpun noktah
semati repihan ruas bulumu
hingga kembali terkepak sayapmu membentang luas
tiap jengkal kanvas pertiwi
yang kian meretas gejolak
dilumat arus liberalisasi
Cileunyi, 2015
***
Patetis
Karya : Fernanda Rochman Ardhana
perempuanku, ke mana aku
harus berteduh
bila hari-harimu tak lagi
mengurungku?
terbitlah gamang dalam
terik kerinduanku
membaca namamu di
pergulatan waktu
akankah terhafal jejakku
yang kian menapak semu
ataukah hanya berkesiur di
sela-sela angin ribut; olehmu?
tatapku mulai membatu
tiada lekas mereka-reka
bebutir kejora
terbendung dalam bilik
matamu
sudi mewarnai kepulan
kabut malam
yang tiada surut dari
tirus parasmu
perempuanku, ke mana aku
harus berteduh
bila napas-napasmu tak
lagi menghirupku?
aku bertanya-tanya dari
balik punggungmu
membawa sepenggal kisah
berkarat biru
Cileunyi, 2015
***
Mengiring
Waktu
Karya : Fernanda
Rochman Ardhana
Nyonya, dirimu kian memutih
di perputaran rona raut cadarmu
bergelung rambutmu mengkias waktu
memecah api cemburu
yang layu singgahi binar netra
Inilah detik ke sekian ribu
mengitari tubuhmu yang kaku
menyerupai arca bisu
terpahat luka dan kenangan
menancap di sesudut rongga
Dan kau mulai jenuh
menatap cermin yang melukiskanmu
kian memantulkan pesona asing
bersarang di lembah pasuryan
Senja memapahmu mengulum usia
meski kokoh lara
menopangmu
memuarai waktu
serta bebayang kisah nan rapuh
namun sebagian organmu
sayup-sayup bersenandung elegi
mengiramai jantung
yang mulai menakar detak
Cileunyi, 2015
***
Kita
Mati, Neruda
Karya : Fernanda Rochman Ardhana
Neruda, kita mati
terkuliti otak-otak Samawi
memburai tanpa diksi,
tanpa puisi
tertumpah darah
tinta-tinta perak
hanya kerna pena kita
tersisih
dari bilangan kasih-Nya
yang mengunci bait suci
Menggeliat urat nadi
mereka
memilah-milah dogma,
serasa bajik
menyeret-nyeret pilar
doktrin
hingga meluap api sengketa
mengiring lenguh dan binar
menyala
mengurai pasal-pasal
hikmat
lalu mulai bertanya-tanya
“Mana fasik yang hendak
terkebiri?”
Neruda, jiwamu mengisi
langit
meratapi hamparan luas
abadi
lalu dapatkah berjengkal
matamu
singgahi sosok-Nya
memuncaki ‘Arsy
ataukah hampa
menyelubungimu?
Aku tahu
hanya Matilde di sisimu
Cileunyi, 2015
***
Mengurai
Hatimu
Karya : Fernanda
Rochman Ardhana
Aku membacanya
pada jejak-jejak membatu
penghias dinding-dinding
kalbumu
yang terselubungi
tirai-tirai bisu
meski pintu-pintu menutup
rapat lebar dadamu
serta derit jendela
melamur resahmu
Hatiku tak bergeming
tak turut menjulang istana
semu
‘tuk tengadahi lebat hujan
yang menggertak
atap-atapnya
hingga sekujur ragaku
terlabuhi
tetes demi tetes biru yang
menguliti kenang
Pada sebidang kanvas
kuulas pesona
sepanjang nuansa senja
yang memayungi kisah kita;
dahulu
tanpa harap dirimu membias
rayu
atau menggenapinya dengan
lumuran rindu
kerna jemarimu selalu
menyuap ilusi
menyembunyikan degupan
jantung untukku
terlarungi lautan benci,
melepas landai
Dan memuisikanku bukanlah
pilihan
yang dapat kaubingkai
manis di pelataran hati
dingin dan beku
Cileunyi, 2015
***
Sebuah
Akhir
Karya : Fernanda Rochman Ardhana
Semalam terpandang cinta kita
hening meski dihantam riak pasang
melabuhi tepi geragal
Tak terkuak harmoni berdendang
layaknya kala kita pijak titik alfa
kini meluruh dinaungi tiupan bara
asa membentur tebing curam
kasih tertikam menghimpit gelora di pangkuan
perpaduan mesra mengukir masa moksa
Mimpi bisu tercerca egosentris
terkatup menyekat kata; terbekam
rasa berbinar memudar
Kita sudi pijak titik omega
terputus ikatan pada simpul mati
dan bebas menari
Cileunyi, 2015
***
Berkabut
Senja
Karya : Fernanda Rochman Ardhana
Bayang-bayang hitam
merekat di pelupuk mata
menguak gumpalan nista
menyayat vasa-vasa
penyelubung angkara
mengurai berjerit-jerit
karma
Kau pandang renta guratan
kisah
sudikah hempas dusta merajai
kalbu
kau gores senja hiasi
paras
sudikah heningkan luka
iringi jasadku
Apa daya
sesal diambang batas
mayapada
gejolak nurani leluasa
menutur kata
berhasrat muda
mengutuk raga berkabut
senja
Cileunyi, 2015
***
8.Perpisahan : sebuah jalan nyata bagi kita
Karya : Fernanda
Rochman Ardhana
Tak dapat kurasa penuh
degup yang melumuri vena
menjalar di tiap-tiap katup menuntut detak berirama
getar tak beresonansi terhantar sayu
hanyut tergenang alur kepastian dan ragu
Ada kepasrahan akan jalinan beku
yang menikam di balik goresan ungu
menjerat dilema terselubungi janji terlantun
hingga terpudar di hari-hari merapuh
menyisa letih di ambang biru
asa tipis menyulam perih bertabur pilu
Bukankah telah tersaji sekeping cinta
namun tak rekah hiasi beribu mimpi tidurmu
terbuang menyinggahi dasar palung kalbu
dan tak dapat kembali teraih ‘tuk beri nikmat baru
Imaji kita terhimpit kala beradu
menyungging senyum pun terlintas semu
tanpa menguak seribu bahasa terpacu
mematung, terpasung bara amarah melebur
Kita bukan diorama
yang sudi hiasi panggung-panggung asmara
‘tuk dipandang rendah akal-akal picisan
menggunjing hingga mereka-reka bahwa kita pendusta
akan kisah yang seakan masih terlukis mesra
Bila terbentang dua jalan bagi kita
maka susurilah yang tak sama rupa
mengekorlah pada jejak nurani ‘tuk buktikan
bahwa cinta nyata meregang nyawa
menanti ajal mengubur jasadnya
Cileunyi, 2015
***
Prahara
Sebuah Renungan
Karya : Fernanda Rochman Ardhana
Tertawan aku
mengalasi harmoni yang singgah
memercik aroma, iringi pagi
yang mengatup hening tak
bernyawa
bermukim di antara kegelisahan
bias temaram
nantikan bangkit cakrawala
mengkudeta peran
Bebayang raga terpasung
detak-detak berhimpit
jejak riak batin mengikis
seruan biduan-biduan bajik
kontemplasi jiwa gertak
rongga-rongga sempit
akal diperluas, hati
diperlebar
tergerak ritmis
sorot satu fokus akan kuasa
tak berbanding
Dan kala embun merembesi
pucuk-pucuk kering
gentar aku dalami kerontang
jiwa
yang hampa tanpa korelasi
bermakna
antara Pencipta dan
makhluk-Nya
tak bersanding laku maupun
kata
Bukankah semua terlahir
selaras
beban terpikul rata
rasa tertanam sama
meniti tangga kekekalan wujud
kelak bermuara pada satu tuju
nikmat mahligai nirwana
yang disuarakan kitab
kitab-Nya?
Namun kabut menebal
statis menyelimuti jiwa
belukar tumbuh menumbang
prahara
kontemplasi gugur di hampar
gersang
Cileunyi, 2015
***
Judul : Bias
Noda
Karya : Fernanda
Rochman Ardhana
Kita bilas segenap noda
lalu terkapar singgahi
persandingan tabu
tak layak semat nama
terhantar doa
labuhi beranda tanpa restu
Dan berapa kata hendak
terhidang
kala belatung pencerca
hinggap menyusuri raga
menggerogoti jiwa yang
terpaku resah
akan dusta bertabur dilema
Dapatkah dengar gelegar
guntur menghantam awan
menabur rinai bercampur
darah hitam
tetes demi tetes memayungi
langkah-langkah
yang tiarap menanggung
beban dosa
Mungkin tergoreskan
nama-nama kita
menghias dinding-dinding
ruang jahanam
namun tak selintas
terbersit dalam pikir
bermuara pada pusaran
nafsu
terjerumus hingga ternoda
Dan sesal bukan penawaran
tak sudi pilih berkawan
atau mewujud lawan
dusta kita terbalut kafan
biarkan terkubur jauh
dalam pusara kelam
Cileunyi, 2015
***
BIODATA NARASI
Fernanda Rochman Ardhana
Kelahiran Jember, 27 Februari 1991.
Seorang Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI). Beberapa karyanya
terbit dalam buku antologi bersama puisi dan cerpen, seperti Seremoni Pacar di
Pintu Darurat (2015), Mata Matahari (2015), dll. Karyanya juga pernah tercantum
di Koran Madura, Riau Pos, Metro Riau, Detak Pekanbaru, Tribun Sumsel, Medan
Bisnis, Malang Post dll. Aktif menulis di beberapa grup sastra di media sosial
Facebook.
Alamat : Komp. Bina
Karya II Blok D2 No. 56 RT 05 RW 18. Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat.