• Jelajahi

    Copyright © POSMETRO.ID
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kriminal

    Hanat Futuh Nihayah "Sepiring Kerinduan"

    26 Oktober 2015, Oktober 26, 2015 WIB Last Updated 2015-10-26T12:46:59Z
    Masukkan scrip iklan disini
    Bapakku Ingin Jadi Penyair.
    Syair-syair sempat lahir dari rahimmu
    Sebagian puisi, lainnya tak jadi
    Aku belum penyair, dan ingin jadi
    Penyair, jelasmu waktu itu

    Aku hanya pemancing luka sebab ibumu telah tiada
    Mengapa begitu? tanyaku

    Karena dari luka-luka yang kukumpulkan, aku
    belajar mencipta rasa karsa jadi kata
    Hanya tiap purnama mereka jadi puisi
    yang sempurna

    Bayangkan, Nak! Usiaku telah beranjak tua
    Tapi aku masih bukan siapa dan apa
    Kecuali jadi bapak untukmu
    Sebab itu, aku ingin terus memancing luka
    di lautan sana

    aku ingin mati meninggalkan karya
    seperti Chairil Anwar, yang sajak-sajaknya
    terus berdenyut di nadi banyak orang di
    sepanjang zaman
    Oktober, 2015





    Menutup Pintu
    Saat di mana kau menutup rapat pintumu tanpa malu
    Lalu membidikkan peluru ke arahku dari balik jendela
    Aku tak mati, kasih. Hanya
    Sisa luka buatanmu itu yang
    Terus menerus merajamku
    Hingga tak berdaya lalu
    Seolah mati
    Sia-sia
    Oktober, 2015




    Sepiring Kerinduan
    sepiring kerinduan yang tersaji di atas meja mulai hambar
    pemiliknya lagi merana
    kebingungan yang panjang
    tak menemu jalan

    aku mulai tahu, ketika luka yang
    tertawar di atas piring kemarin malam
    bikin rinduku makin kering kerontang
    seperti tanah
    tandus

    kerinduan? Hambar? Sepertinya
    aku kudu usaikan cerita tentang
    kerinduan
    serta kesetiaan yang
    selama ini aku gambarkan
    di atas meja makan tiap pagi
    hingga malam.

                                                    2015
    Sebuah Perpisahan di Sabtu Malam

    sebuah perpisahan, di sabtu malam
    di bawah kerlip lampu kota
    mata kita saling memandang
    sedang tanganmu, tanganku
    menimang bimbang
    menimang cemas

    tubuhmu, tubuhku tiba-tiba menyatu
    dalam satu pelukan utuh
    setengah detik, berlalu

    lampu-lampu kota dipadamkan
    tubuhku-tubuhmu dipisahkan
    ada ketakutan yang jadi
    hingga pagi
    ternyata kau sudah di tengah jembatan masa depan
    sedang aku berjalan untuk pulang

                                                    2015
    Sisa Kerinduan
    Sementara sisa kerinduan itu mengampas umpama
    Kopi panas yang disruput tiap pagi
    Sedang gelasnya adalah
    Kesetiaan
    Menunggu yang dirindukan lekas
    Pulang.
    Meski tak tahu kapan.

                                                    2015



    Sang Jenderal

    Jenderal berdiri tenang di dekat Tuhan
    Dengan penuh
    Senang, kenang
    Kami berkunjung di makam
    Tepat di museum kesayangan

    Jenderal tersenyum, dengan balutan baju khasnya
    Kami mengaku
    Perjuangan dan semangatnya perlu ditiru
    Sebab ujung dari nasib Negara serta bangsa
    Adalah tugasku, tugasmu

    Jenderal bersabda, jadi pemuda itu harus sadar dan tahu
    Sadar kau bernegara, berbangsa
    Hidupkan semangatmu
    Jangan sampai negaraku, negaramu
    Dijajah lagi
    Oleh musuh-musuh kaku


                                                                2015
    Komentar

    Tampilkan

    Berita Utama