Oktober Memerah Sepi
Oktober, kalender memerah sepi
Sebelum bulan-bulan kemarin,
yang serupa menunggu
kolam penuh terisi
Dan keharusan angka-angka yang meletakkan sebuah sudut
Angka-angka dimana kesepian mulai berpaut
.
Semula kecerian hadir dalam sembilan bulan
sebelumnya, lalu
Jejak-jejak tertinggal di antara angka-angka yang
menghitam
Pergi dan kadang hadir untuk berdandan pada langit
kolam
Lalu menghitung satu demi satu angka yang begitu
diamkan
segala masa
.
Sementara keributan bersandar di dinding kolam,
lumut-lumut mulai mengajak
Bersenda pada wajah yang sedang berdandan
Dan oktober memerah sepi, tergeletak
Di antara kolam yang riak penuh kepalsuan
Tegal, 7 Okt 2015.
Pesan
Berjalanlah nak kamu
ke arah timur lalu kembali
lagi ke arah barat,
nanti jika matahari sudah menengah
dan serasa berada
tepat di kepalamu serta ada bayang
dari tubuhmu.
Kamu pasti tahu,
hidup itu tak sendiri meski raga
seseorang tak selalu
di sampingmu.
Kamu tahu itu apa nak
?
do'a dari kedua orang tua untuk anaknya.
Tegal, 7 Okt 2015
Sepasang Cinta
Madiun, dimana tempat
kamu lahir
dari rahim seorang
ibu
Dengan sepasang cinta, kau diasuh dengan penuh
Menyimak berita tahun itu, kau masih memerah
Harga-harga membuat naik darah
Tangisan yang
terpecah, mereka sudahi
Diusapkan tangan berkawan lembut
Rasa sepi, sunyi tak lagi terpaut
Dan senyum dari bibirmu menyibak perihnya negeri
Dan kini kau sudah
menjadi gadis, begitu manis
Lugu, sederhana dan ayu
Nampak dari wajahmu, lalu
Ayu, itukah nama pemberian sepasang cinta
dari orang tuamu
Tegal, 6 Okt 2015.
Nasrul Asrudin. kelahiran Tegal, 17 Juni 1991. alamat Ds. Dukuh damu Kec. Lebaksiu Kab. Tegal Jawa tengah. Alumnus Ilmu Komunikasi di salah satu universitas di Jakarta. Gemar menulis puisi sejak masuk kuliah.
