Crazy Son
bocah itu
setinggi hati yang belum jadi
kulitnya
terpanggang mentari
bajunya jarang
ganti
tiap mataku
hinggap
pada kering
tubuhnya yang gering
tangannya menadah
bukan ke langit
tapi kepada
setiap orang yang lewat
jemari mini itu
siap menangkap
berapa pun yang
kauberi
seringkali dia
teriak
tapi
kata-katanya serak
tak terbaca
keinginannya
tertahan pada sela tenggorokan
yang mampu ia
keluarkan harapan itu dengan menunjuk-nunjuk apa yang dia mau
aku sering
dengar dia minta jajan
dari seberang
jalan
yang kasihan,
mengasihaninya dengan senyuman
yang peduli,
mengusirnya pergi biar mandiri
yang tak sayang
memberinya uang
dan berlalu
tanpa harapan
sedari usiaku
delapan
dia masih pendek
tak
tinggi-tinggi
hingga kini
tinggiku melampaui ibu
hmm, andai malaikat
turun mengangkatnya ke rumah pelangi
penghuninya tak
jauh beda
bocah itu
membuka mata setengah
kanannya memakai
alat mirip earphone tapi hanya sebelah
ada yang
berjalan terengah-engah
masih ada lagi
yang serupa
tak tega aku
menyebutnya
ShNA, 021015
Kakek Kikuk
mata kiri kakek
ini terluka
dikatakan dokter
memperbaikinya
kini ketika dia
menatap
segalanya
menjadi tiga
anak-anak
membawakannya domba
si kakek bimbang
yang dua hendak diapakan
hanya satu yang
buat pdkt sama Tuhan
ShNA, 011015
Pos Asa
jantungnya mekar
serupa bunga
kupu-kupu keluar
menebar mawar
kumbang memompa
darah
merekah sekuntum
senyum
menatap pak pos
datang
membawa harapan
sebesar pisang
ShNA, 021015
Menjalin Jalanan
memacari jalanan
yang enggan
jadi selingkuhan
sepanjang siang
yang wajahnya
merah nyala
membara membawa
cemburunya
tukang sayur itu
masih sama
tak bosan
mengangkat dagangan sambil berkendara
penata rambut
itu pun sama
tak lelah
memotong kepala orang
menyulap uban
menjadi perawan
para tukang
jahit tak letih mengayuh pedal
menderu mesinnya
tiap ada baju mengkal
ah, muka tampan
itu tak kusut menanti pembeli
meski hanya
membeli senyumnya
sepertinya ada
yang salah
petani jatuh
cinta kepada sawah
yang ayu, hijau,
tubuhnya merekah
berarti beliau
tidak salah
setia menjemur
padi hingga menjelma nasi
oh, tukang
kerupuk tadi tak sungkan makan
sembari
menggelar kerupuk biar kering
oleh peluk panas
mentari yang membuatnya garing
ya, tentu tukang
rujak tak lalai meracik buah ramah
pak guru tak
jemu memberi instruksi lari
keliling
lapangan tigaribu kali
bahkan rumput
itu tak mengeluh ketika
takdirnya
dijemput oleh sepasang domba
tapi mengapa aku
jenuh
jika mereka tak
meneriakkan peluh
tiap pagi
menatap pohon yang memohon doa afiat
lewat jalan yang
sekarat
ShNA, 2015
H i l a n g
hilang hatiku saat kaulari dari profesi
yang membuat kita rekat seperti piring dan nasi
rapat rindu yang kujahitkan ke dalam jaketmu
biar kehangatan itu selalu
malam sabtu kaumangkal di otakku
menarik kuda-kuda cumbu
tapi itu seminggu lalu ketika semua satu
kini kau dibawa angin musim dingin
keluar dari batin tanpa izin
ShNA, 150115
Tentang
ShoNA

Merupakan
nama pena dari Shoimatun Nur Azizah. Lahir di Klaten, kelahiran Klaten tahun
sembilan enam. Puisi-puisinya dimuat di @Sayap Kata, detakpekanbaru.com,
Dinamika News, Swara Nasional Pos, Detak Unsyiah. Juga terhimpun dalam antologi
puisi Bangsa Bayangan, Belajar Pada Semut, Tinta Langit, Unconditional Love,
Senja Tak Berpelangi, Asmara Dalam Kata, dll. Sedang mencari passion.
Contact facebook Fallinheart Esha Enai. No. hp