POSMETRO.ID | PRABUMULIH — Pagi itu, di RW 03 Kelurahan Anak Petai, Prabumulih Utara, sinar matahari menyelinap malu-malu di antara daun-daun yang menua. Tapi tahukah kamu ada yang lebih hangat dari cahaya mentari pagi itu? Iya... semangat warga dan para pekerja PT Perta Samtan Gas (PSGas) yang bergotong royong membersihkan lingkungan.
Bukan pesta, bukan pula gegap gempita. Untuk merayakan ulang tahun ke-17, perusahaan pengolah gas alam cair ini memilih cara sederhana tapi bermakna: membersihkan kampung bersama warga, komunitas World Clean Day, unsur pemerintah kota hingga TNI-Polri.
“Biasanya perusahaan merayakan ulang tahun dengan pesta, kami memilih langkah kecil yang berdampak besar,” ujar Harry Maradona, External Relations PT Perta Samtan Gas, di sela-sela kegiatan. Ia menegaskan bahwa keberadaan perusahaan tidak boleh hanya sekadar pelaku industri, tetapi juga harus menjadi bagian dari denyut nadi masyarakat.
Sejak berdiri 17 tahun lalu, PT Perta Samtan Gas — perusahaan patungan antara Pertamina Gas dan Samtan Co. Ltd Korea — telah menjadi pemain penting dalam pengolahan LPG dan kondensat di Sumatera Selatan. Namun hari itu, perusahaan raksasa energi itu hadir sebagai tetangga biasa: membawa sapu, karung sampah, dan secangkir semangat gotong royong.
Mulyono, Ketua RW 03, tersenyum lebar melihat antusiasme warganya. “Bersih-bersih ini bukan hanya soal sampah, ini soal bagaimana kita saling menguatkan,” katanya.
Lurah Anak Petai, Indratno, pun angkat topi. “Inilah bentuk nyata sinergi antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Kepedulian semacam ini adalah investasi sosial yang jauh lebih berharga dari sekadar perayaan seremonial,” tuturnya.
Namun, bukan berarti tanpa catatan. Okti Pianti Sari dari World Clean Day mengingatkan perlunya fasilitas pembuangan sampah yang lebih dekat. “TPU terlalu jauh, warga butuh tempat pembuangan sementara yang lebih terjangkau,” ujarnya, berharap DLH Kota Prabumulih memberikan perhatian lebih.
Di bawah terik yang makin menguat, keringat membasahi wajah-wajah ceria. Bukan karena upah, bukan karena target kerja — melainkan karena rasa bangga menjadi bagian dari perubahan kecil di sudut kota ini.
“Perubahan besar selalu bermula dari langkah kecil,” tutup Harry Maradona sambil menatap kawasan yang pagi itu terasa lebih segar.
Sebuah pelajaran berharga di usia ke-17 PT Perta Samtan Gas: bahwa menjadi besar bukan berarti harus melupakan akar, justru harus lebih membumi dan peduli *Jun M