POSMETRO.ID | MUARA RUPIT
MUARA RUPIT, — Suasana duka menyelimuti Desa Lawang Agung, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara, Senin (12/5/2025) pagi. Ratusan pelayat memadati rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Riska Nurjanah (28), korban kapal wisata yang karam di perairan Pantai Malabero, Kota Bengkulu, Minggu sore.
Riska menjadi satu dari tujuh korban jiwa dalam tragedi laut yang mengguncang hati warga Bengkulu dan sekitarnya. Ia dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Vidco dengan iring-iringan doa dan linangan air mata keluarga serta masyarakat sekitar.
Sutami, ibunda almarhumah, tak kuasa menahan tangis saat mengenang putri sulungnya itu. Dengan suara parau dan mata sembab, ia mengungkapkan kepedihannya.
“Saya sebagai ibunda Riska tidak menyangka anak saya akan pergi secepat ini. Tidak ada firasat sedikit pun. Biasanya, dia selalu menelepon kalau ingin pergi jauh. Tapi kali ini, dia hanya pergi... untuk selamanya,” ucap Sutami, air matanya tak terbendung.
Riska dikenal sebagai pribadi lembut, rajin, dan sangat taat beribadah. Dalam keluarga, ia menjadi teladan bagi adik-adiknya.
“Kalau ada salah dan khilaf Riska selama hidupnya, kami mohon dimaafkan. Kami ikhlaskan kepergiannya, meski hati ini sangat berat,” imbuh Sutami lirih.
Ayahanda Riska, Mariyo, juga terlihat terpukul. Ia menggambarkan putrinya sebagai anak yang sangat berbakti, baik kepada keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya di Lubuklinggau.
“Kami sekeluarga sangat terkejut. Jenazah Riska diantar langsung dari RS Bhayangkara Bengkulu ke rumah kami di Rupit dengan ambulans. Terima kasih kepada semua pihak yang membantu, terutama pihak rumah sakit dan Gubernur Bengkulu yang memfasilitasi pemulangan jenazah,” kata Mariyo.
Kisah pilu juga disampaikan Alwali Hanafiah, suami Riska, yang turut menjadi saksi hidup dalam tragedi itu. Ia mengenang detik-detik saat kapal yang mereka tumpangi tiba-tiba diterpa badai dan ombak besar.
“Kapal kami mati mesin, lalu dihantam gelombang besar. Saya sudah memegang tangan istri saya sekuat tenaga, tapi saya kalah dengan arus laut,” kata Alwali, suaranya tercekat.
Ia mengenang Riska sebagai istri yang penuh cinta, patuh, dan bertanggung jawab, baik dalam keluarga maupun pekerjaan.
“Riska bekerja di RS AR Bunda bagian terapi. Ia sangat berdedikasi. Selamat jalan, istriku tercinta. Semoga Allah menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya,” ucap Alwali dengan air mata yang terus mengalir.
Berdasarkan data dari kepolisian, kapal yang karam tersebut membawa total 104 orang, terdiri dari 98 wisatawan dan 6 kru. Tujuh nyawa melayang dalam insiden ini, termasuk Riska. Sebagian besar penumpang lainnya berhasil diselamatkan, meski beberapa masih dirawat akibat luka.
Tragedi ini membuka kembali luka lama tentang minimnya standar keselamatan wisata laut di Indonesia. Masyarakat berharap pemerintah dan pihak terkait melakukan evaluasi menyeluruh agar peristiwa serupa tak kembali terulang.
“Jangan ada lagi Riska-Riska lain yang harus berpulang karena kelalaian sistem. Nyawa tak bisa ditukar,” ungkap seorang pelayat dengan nada tegas.
Redaksi mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas musibah ini. Semoga seluruh keluarga korban diberi ketabahan dan kekuatan.
Editor: Arie