POSMETRO.ID | PRABUMULIH - Sadar atau tidak, ada sesuatu yang berubah dalam lanskap politik Kota Prabumulih belakangan ini. Perubahan itu tidak terjadi di ruang rapat, bukan pula di arena kampanye, melainkan di ruang publik atau di depan mata rakyat sendiri seperti saya, anda dan mamang itu. Ia tidak terdengar lewat pidato berapi-api, selebaran partai atau berita di media massa, melainkan tampak lewat gestur, bahasa tubuh, dan sorot mata penuh keakraban antara dua tokoh yang dulu dikenal saling bertolak belakang: Walikota Cak Arlan dan Ketua DPRD H. Deni Victoria, SH.M.Si
Tak perlu menjadi analis politik untuk menyadari hal ini: kemesraan yang kini terbangun antara keduanya bukanlah sesuatu yang biasa. Ini adalah pemandangan yang dalam tempo beberapa bulan terakhir menggeser persepsi publik tentang siapa yang mengendalikan panggung politik lokal Prabumulih.
Padahal, hanya beberapa waktu lalu dalam Pemilukada 2024 Cak Arlan dan DV (sapaan akrab Deni Victoria) berdiri di dua sisi berseberangan. Keduanya adalah rival sengit dalam kontestasi demokrasi, dengan basis dukungan yang saling mencoba menumbangkan satu sama lain. Tapi kini? Mereka seperti satu paket tak terpisahkan. Jika Arlan hadir di sebuah agenda, nyaris bisa dipastikan DV akan berada tak jauh darinya.
“Yang tidak tahu bisa mengira mereka pasangan Walikota dan Wakil Walikota,” celetuk seorang warga seusai menggelar sholat Idul Adha di Islamic Center baru-baru ini.
Kemesraan ini tentu bukan tanpa tafsir dan sorotan. Ada yang menyebutnya sebagai contoh nyata kedewasaan politik. Bahwa dua tokoh bisa menanggalkan ego pribadi demi kepentingan publik. Tapi sebagian yang lain tak mudah percaya. Mereka melihat ada tarikan kepentingan yang jauh lebih kompleks: kekuasaan, pengaruh, bahkan mungkin bisnis.
DV, dalam kacamata politik lokal, bukan aktor biasa. Ia adalah figur yang kenyang pengalaman poltik, lihai memainkan ritme, dan punya akses luas baik secara struktural maupun sosial. Bukan kebetulan jika ia menjadi motor penggerak Jeep Prabumulih Community (JPC) komunitas otomotif yang di permukaan tampak seperti ajang hobi, tapi di baliknya digerakkan oleh kontraktor-kontraktor rekananya yang punya koneksi langsung ke proyek-proyek pemerintah.
Keterlibatan Walikota Arlan dalam beberapa event JPC bukan hanya memperkuat dugaan itu, tetapi juga menegaskan bahwa jalur informal bisa jadi lebih efektif dari mekanisme resmi.
“Off-road mereka bukan cuma soal ban lumpur dan jalur ekstrem. Itu bisa jadi arena diplomasi, tempat strategi politik dan bisnis dijalankan,” kata seorang pengamat Politik Kota Prabumulih.
Di tengah kemesraan itu, masyarakat, simpatisan dan pengamat merasa khawatir. Peran Ketua DPRD sebagai pengontrol kebijakan eksekutif kini mulai dipertanyakan. Tak lagi terdengar kritik tajam dari lembaga legislatif terhadap program-program pemerintah kota. Bahkan dalam sidang paripurna, suasananya cenderung datar dan penuh pujian.
Apakah ini tanda keharmonisan? Atau justru gejala awal dari hilangnya fungsi pengawasan?
“Kalau DPRD tak lagi mengawasi secara kritis, itu bahaya. Demokrasi lokal bisa berubah jadi teater tunggal,” ujar Pohan Maulana pengamat Politik dan Kebijakan Publik Kota Prabumulih saat dibincangi Posmetro di kediamannya.
Sebagian pihak menilai bahwa DV memang sengaja melepas taji politiknya demi membangun posisi baru—bukan sebagai lawan, tapi sebagai mitra. Sebuah relasi yang tidak selalu terbuka, namun sarat kalkulasi.
Sementara itu, tidak sedikit pula yang memuji langkah Cak Arlan yang tampak membuka ruang kolaborasi dengan semua pihak, termasuk dengan mantan rivalnya. Tapi di sisi lain, banyak yang menilai bahwa Arlan kini telah berada dalam orbit DV.
“Saya khawatir Arlan masuk dalam jebakan politik yang dirancang DV. Mulanya off-road, lalu ngopi bareng, lalu mulai jarang dengar kritik dari dewan. Padahal, setiap pemimpin butuh lawan bicara yang kritis,” kata Pohan
Tapi bisa jadi justru Arlan-lah yang sedang bermain cantik. Mengakomodasi rival untuk menetralisir perlawanan. Menarik musuh ke dalam lingkaran kekuasaan adalah strategi klasik dalam politik, dan Arlan barangkali sedang melakukannya dengan tenang.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanda bahwa relasi Arlan-DV akan merenggang. Justru semakin hari, kedekatan keduanya semakin solid. Namun di balik itu, masyarakat Prabumulih tetap menjadi penonton setia drama ini seraya bertanya dalam hati: kemesraan ini untuk siapa?
Apakah benar demi rakyat? Ataukah hanya panggung awal dari skenario politik yang lebih besar? *Jun Manurung