• Jelajahi

    Copyright © POSMETRO.ID
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kriminal

    Ingin Tau Gimana Pengamen Prabumulih Ngambek? Ini Beritanya

    31 Maret 2014, Maret 31, 2014 WIB Last Updated 2014-03-31T16:33:01Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Ilustrasi
    PRABUMULIH, PP - Ini kisah pengamen di Bumi Seinggok Sepemunyian yang diangkat secara khusus ke Permukaan. Bukan bermaksud untuk mengumbar kehidupan mereka di jalanan dan bukan pula membuka kisah kelam dari para musisi jalanan ini. Sekedar berbagi cerita, redaksi Posmetro Prabu ingin berbagi kepada pemirsa yang mungkin belum pernah menyaksikan jika musisi jalanan ini menggerutu.

    Kisahnya sangat singkat. Saat itu ada tiga tembang lagu yang ia bawakan di warung pecel-lele jalan Sudirman Simpang Tugu Kecil maju sedikit ke arah Polres. Kurang tahu pasti apa nama warung pecel lele tersebut, dan bahkan baru kali itu pula Redaksi Posmetro Prabu makan malam disana.

    "Ia baiklah, selamat malam dan salam berjumpa dengan saya. Maaf karna mengganggu waktu santai anda. Daripada kami mencuri dan berbuat tindakan kriminal maka kami pikir lebih baik kami mengamen dan bla-bla, bla" Maka ia pun menyanyikan salah satu tembang pop tahun 80 an.

    Di salah satu deretan meja warung pecel lele itu ada satu rombongan yang terdiri dari 9 orang pria kalau tidak salah adalah pekerja dari perusahaan BUMN di Kota Prabumulih yang baru selesai makan sembari beristirahat sejenak untuk menikmati rokok sebatang.

    Sementara mata saya tertuju pada pengamen ternyata ternyata pandangannya tajam menatap rombongan pekerja BUMN tersebut. Lantas saya pun berpikir mengapa matanya hanya tertuju pada salah satu meja tersebut. "Mungkin dia sedang berhitung dalam hatinya jika perolehannya malam ini lebih dari biasanya" pikirku.

    Bait demi bait lagu dia tuntaskan malam itu hingga pada lagu ketiga suaranya mulai tidak stabil dan tidak karuan, sesekali nadanya pun fals. Apa pasal? oh ternyata lagu belum siap dan kantong duit belum dijalankan, rombongan pekerja BUMN itu sudah angkat kaki dari mejanya. Si pengamen pun menggerutu seraya memetik keroncongnya acak-acakan. Walau dengan sejuta kekesalan, ia tetap menjalankan kantong berharap recehan dari pengunjung warung pecel lele tersebut.

    Giliran kantongnya mengarah ke saya, kutarik uang pecahan 20 ribu dari dompet lalu kumasukkan dan berbisik kecil pada pengamen itu. "Yang sabar iya, rezekimu mungkin tidak dari mereka malam ini" Ia pun tersenyum bahagia dan sedikit malu dan berucap terimakasih. (pp/01)
    Komentar

    Tampilkan

    Berita Utama