• Jelajahi

    Copyright © POSMETRO.ID
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kriminal

    Tangisan Warga Rambang Niru di Antara Tandan Sawit yang Hilang

    13 April 2025, April 13, 2025 WIB Last Updated 2025-04-13T05:34:43Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    POSMETRO.ID | MUARA ENIM
    — Matahari baru saja menyembul dari balik pepohonan rindang di Desa Manunggal Makmur, Kecamatan Rambang Niru Muara Enim. Namun, bukan semangat yang menyambut pagi bagi petani di desa ini. Justru wajah-wajah murung menyelimuti karna kebun sawit warga yang mulai meranggas, bukan karena musim kering, tetapi karena satu alasan menyakitkan: panen mereka raib, digasak pencuri.



    Pagi itu, AR (45), seorang petani di kawasan Trans 12, hanya bisa berdiri lesu menatap batang sawit di kebunnya. Buah yang seharusnya siap panen lenyap. “Sudah biasa, Pak. Kami sudah tidak terkejut lagi. Tapi tetap saja, hati ini sakit,” ucapnya pelan, menahan getir.



    Menurut AR, pencurian ini bukan kejadian satu dua kali. “Setiap bulan pasti ada saja yang hilang. Tak hanya buah yang matang, Bahkan yang masih mentah juga disikat. Saya dan petani lain sudah lapor ke kepala desa, ke Polsek juga, tapi sampai sekarang belum ada hasil. Komplotan itu masih bebas berkeliaran,” ungkapnya sambil menunjukkan bekas roda truk di lahan basah tak jauh dari kebun.



    Komplotan ini beraksi di malam hari. Dengan senjata berupa egrek panjang dan keberanian yang tak masuk akal, mereka menyusuri gelapnya kebun demi tandan sawit yang kian mahal di pasaran.  Tandan buah sawit hasil keringat petani diangkut diam-diam menggunakan truk.



    “Mereka (kawanan maling -red) tahu persis kapan kami tertidur. Mereka juga hafal jalur keluar kebun. Kami hanya bisa pasrah, karena kebun jauh dari rumah. Sekali kami ke kebun pagi hari, semuanya sudah bersih tak bersisa,” keluh AR.



    Yang membuat kekhawatiran semakin dalam, menurut AR, komplotan ini diduga kuat terkait dengan peredaran narkoba. “Orang-orang sini juga tahu siapa yang main sabu. Tapi siapa berani bicara?”




    AN (38), ibu dua anak yang juga petani sawit, menceritakan hal serupa. “Sawit ini satu-satunya andalan kami untuk kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anak-anak. Tapi sudah berbulan-bulan kami tidak bisa panen. Kami dipaksa hidup tanpa penghasilan,” ucapnya, nyaris menangis.



    Bagi warga Manunggal Makmur, sawit bukan sekadar tanaman. Ia adalah kehidupan. Saat buah-buah itu hilang, perlahan tapi pasti, harapan pun ikut sirna.



    Kepala Desa Manunggal Makmur, Eko, menyadari keresahan ini. Ia mengaku telah menerima banyak laporan warga, dan sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian.



    “Kami sudah himbau warga agar jangan takut. Laporkan jika melihat aksi pencurian. Tanpa peran serta warga, kami kesulitan. Jarak kebun dengan rumah warga sangat jauh, dan pencurian ini makin marak karena harga sawit tinggi,” ujar Eko.



    Namun di sisi lain, warga merasa mereka telah cukup berteriak. “Kami sudah lapor. Sudah capek. Yang kami harapkan sekarang cuma satu: tangkap mereka. Biar kami bisa hidup lagi,” tutur AN.



    Hingga kini, belum ada titik terang. Komplotan itu masih berkeliaran di gelapnya malam, membawa pergi hasil panen yang seharusnya menjadi bekal hidup banyak keluarga.



    Di Desa Manunggal Makmur, tangisan tidak lagi terdengar. Yang ada hanya diam, pasrah, dan doa yang terus dipanjatkan: semoga suatu hari, keadilan datang, dan kebun-kebun itu kembali subur bukan hanya oleh buah, tapi juga oleh harapan. * Jun M

    Komentar

    Tampilkan

    Berita Utama