POSMETRO ID – Tak banyak yang tahu, di tahun 2001, sebuah wawancara eksklusif bersejarah terjadi di tengah laut, tepat di atas kapal yang baru saja diamankan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Wilayah II Tanjung Balai Karimun. Kala itu, saya dipercaya sebagai jurnalis liputan khusus, ditugaskan untuk mengungkap sisi lain dari aksi penangkapan kapal penyelundup yang sempat menghebohkan wilayah perairan perbatasan Indonesia.
Wawancara dilakukan langsung dengan Kepala Kantor Wilayah DJBC Tanjung Balai Karimun. Kepulauan Riau. Dengan angin laut menerpa dan aroma garam yang tajam, kami berdiri di geladak kapal, membahas jalur-jalur tikus penyelundupan dan modus operandi pelaku yang kian canggih. Momen itu terekam jelas dalam benak saya—bukan hanya sebagai dokumentasi jurnalistik, tetapi sebagai saksi sejarah komitmen petugas di garis depan dalam menjaga kedaulatan ekonomi negara.
“Ini bukan hanya soal pelanggaran hukum. Ini menyangkut ketahanan ekonomi bangsa. Kita harus tegas dan tindak sesuai hukum yang berlaku,” tegas Kakanwil kala itu, dalam salah satu pernyataan yang saya kutip dan tayangkan di media tempat saya bertugas.
Kapal yang diamankan diketahui membawa barang-barang ilegal bernilai miliaran rupiah. Penangkapan tersebut menjadi salah satu keberhasilan DJBC di awal milenium baru, sekaligus mempertegas posisi Tanjung Balai Karimun sebagai titik rawan yang perlu pengawasan ketat.
Kini, dua dekade lebih telah berlalu. Tapi foto dan kenangan itu saya simpan sebagai bukti bahwa profesi jurnalis bukan hanya tentang menulis berita, melainkan menjadi bagian dari sejarah itu sendiri. Melalui sorotan kamera dan catatan pena, saya berusaha menghadirkan kebenaran yang bisa dibaca lintas generasi.
Foto-foto kenangan itu hari ini saya tampilkan kembali, sebagai pengingat bahwa perjalanan panjang ini dimulai dari keberanian menembus batas, bahkan sampai ke tengah samudera*Jun